Spiga

Melirik Obat Generik

Perkembangan konsumsi obat generik di Indonesia bisa dibilang relatif lambat. Data kasar menyebutkan total penjualan obat generik hanya sekitar 7% dari total pasar farmasi, meski sudah lebih dari 2 dasawarsa diluncurkan. Padahal jenis obat generik yang beredar cukup lengkap, mencakup lebih dari 90% obat esensial.

Mengapa bisa demikian ?

Obat generik memang masih dipandang sebelah mata oleh para pihak yang berkepentingan terkait (stakeholder) karena beragam alasan. Yang paling klasik dan fundamental adalah alasan kualitas. Ini terkait dengan harganya yang murah. Secara umum harga obat generik kurang dari 50% dari harga obat generik bermerek.

Masalah kualitas tidak bisa hanya dinilai dari harga. Kualitas dalam obat terkait erat dengan khasiat dan ini harus dibuktikan dengan penelitian laboratorium. Selama ini paradigma yang mengatakan harga berbanding lurus dengan kualitas akibat pengaruh pemasaran yang agresif. Obat yang dipasarkan secara agresif membutuhkan biaya pemasaran yang besar. Biaya tersebut akan mempengaruhi harga. Maka tidak heran kalau harga obat bermerek jauh kebih mahal dari obat generik.

Dalam kancah persaingan lebih sering obat generik membandingkan persamaan khasiat dan kualitas dengan obat bermerek. Khasiat dan kualitas obat generik dikatakan berbeda tidak bermakna dengan obat bermerek. Tidak ada yang sebaliknya. Atau kalaupun ada sangat langka. Dalam hal ini jelas bahwa obat bermerek tidak mau menganggap obat generik sebagai pesaing karena kalau tidak ada perbedaan malah bisa menjatuhkan pamornya.

Untuk menentukan jenis obat pertimbangannya harus ilmiah. Begitu juga dengan pemilihan merek. Jika pemilihan merek didasarkan pada pertimbangan emosional maka yang terjadi adalah pemborosan. Kalau hal ini disadari oleh penentu (dokter) dan pengguna (pasien) tidak ada salahnya. Tapi kalau hanya dokter yang menyadari kasihan pasiennya, apalagi kalau pasiennya tergolong tidak mampu.

Memang pertimbangan rasional lebih bisa dipertanggungjawabkan dalam pemilihan obat. Jadi tidak perlu gengsi mengonsumsi obat generik. Kalau sakit mintalah obat generik kepada dokter. Kalau dokter mengatakan khasiatnya tidak sama atau tidak manjur, mintalah bukti ilmiahnya.

0 komentar: